Hernia Hiatus

Saya Nggak Tahu Kalau Saya Punya Hernia Hiatus… Sampai Saya Kira Itu Serangan Jantung

Hernia Hiatus


Jujur, saya nggak pernah mikir kalau sesuatu yang sepele kayak posisi tidur setelah makan bisa bikin saya ke UGD malam-malam. Ceritanya, waktu itu saya baru pulang kerja dan kelaparan setengah mati. Akhirnya saya masak mie goreng pedas, lengkap dengan telur mata sapi dan sedikit saus sambal favorit.

Makanannya enak banget, saya makan sambil nonton video YouTube yang absurd-absurd. Habis itu? Ya, rebahan dong. Scroll TikTok, sampai akhirnya dada saya mulai terasa aneh. Sesak, kayak ditekan dari dalam. Terus ada sensasi panas dari perut naik ke dada, lalu ke tenggorokan. Saya langsung duduk panik. Napas nggak nyaman, dan pikiran saya otomatis: “Ini jantung, ya Alloh... ini jantung.”

Saya buru-buru ke IGD. Di sana dicek EKG, semuanya normal. Dokternya cuma bilang, “Mungkin asam lambung, Mas.” Tapi nggak dijelaskan lebih lanjut. Saya pulang, minum obat lambung, dan gejalanya hilang… untuk sementara.

Kenalan dengan Hernia Hiatus

Beberapa hari kemudian, gejalanya muncul lagi. Kali ini saya ngerasa ada yang ‘nyangkut’ di dada tiap habis makan. Bersendawa terus, tenggorokan perih waktu bangun tidur, dan kalau telat makan perut saya langsung perih.

Akhirnya saya ke dokter spesialis penyakit dalam. Setelah konsultasi dan beberapa tes lanjutan, termasuk endoskopi (yang jujur aja bikin deg-degan), baru ketahuan: saya punya hernia hiatus kecil.

Hernia hiatus terjadi waktu bagian atas lambung masuk ke rongga dada lewat celah di diafragma yang disebut “hiatus”. Biasanya, lambung kita duduk manis di bawah diafragma. Tapi kalau tekanan di dalam perut meningkat—karena makan terlalu banyak, obesitas, atau bahkan kebiasaan mengejan—lambung bisa dorong ke atas.

Gejala yang Nggak Disangka

Yang bikin hernia hiatus ini menipu adalah karena gejalanya bisa mirip dengan banyak hal lain. Saya sempat mikir saya punya maag, GERD biasa, bahkan anxiety.

  • Dada terasa terbakar (heartburn)

  • Sering sendawa, apalagi setelah makan

  • Mual ringan tapi sering

  • Suara serak pas bangun tidur

  • Dan yang paling bikin panik: nyeri dada seperti serangan jantung ringan

Kadang orang nggak sadar mereka punya hernia hiatus, karena hernia ini bisa datang dan pergi, tergantung tekanan di dalam perut.

Pelajaran dari Kesalahan Kecil

Saya dulu sering banget makan banyak terus langsung rebahan. Apalagi malam hari. Kayak ritual, gitu. Dan saya pikir itu wajar, karena banyak temen saya juga begitu.

Tapi ternyata itu kebiasaan buruk banget buat orang yang punya kecenderungan GERD atau hernia hiatus. Posisi tidur yang datar bikin asam lambung lebih gampang naik ke esofagus, karena gravitasi nggak bantu apa-apa. Makanya, sejak didiagnosa, saya ubah total pola hidup.

Tips Gaya Hidup yang Saya Coba (dan Bekerja!)

  1. Makan porsi kecil tapi sering.
    Saya dulu tipe yang makan besar 2 kali sehari. Sekarang, saya bagi jadi 4–5 porsi kecil. Lebih ringan di lambung dan bikin tubuh lebih nyaman.

  2. Hindari makanan pemicu.
    Mie instan, kopi, cokelat, soda, makanan pedas dan berlemak tinggi—semuanya saya kurangi drastis. Kadang nyontek sih, tapi langsung kena batunya.

  3. Jangan langsung tidur setelah makan.
    Saya kasih jeda 2–3 jam sebelum rebahan. Kadang ngantuk sih, tapi saya paksain buat duduk sambil baca atau nonton sambil tegak.

  4. Tidur dengan posisi kepala lebih tinggi.
    Saya beli bantal wedge di e-commerce. Lumayan mahal, tapi membantu banget. Posisi ini bikin asam lambung nggak gampang naik waktu tidur.

  5. Olahraga ringan dan turunkan berat badan.
    Ini penting. Perut buncit menekan diafragma, bikin hernia hiatus makin gampang kejadian. Saya mulai rutin jalan kaki 30 menit tiap pagi.

  6. Kurangi stres.
    Percaya nggak percaya, stres bikin gejala makin parah. Jadi saya mulai atur jam kerja, latihan napas, dan kadang meditasi ringan buat relaksasi.

Obat atau Operasi?

Buat sebagian orang, terutama yang hernianya kecil kayak saya, perawatan cukup dengan obat-obatan dan perubahan gaya hidup. Tapi kalau hernia udah besar dan gejalanya nggak terkendali, bisa jadi perlu operasi.

Obat yang biasanya dikasih termasuk PPI (proton pump inhibitor) seperti omeprazole. Tapi itu juga nggak boleh dikonsumsi jangka panjang tanpa pengawasan, karena ada efek sampingnya, termasuk risiko gangguan penyerapan vitamin.

Kejutan: Banyak Orang Punya Ini Tapi Nggak Sadar

Setelah saya cerita di grup WhatsApp, ternyata ada 3 orang teman yang ngalamin hal serupa. Bahkan satu di antaranya udah bertahun-tahun pakai obat GERD tapi nggak tahu kalau penyebab utamanya hernia hiatus.

Jadi ya, jangan remehkan sinyal tubuh. Kadang bukan cuma soal maag atau kebanyakan makan pedas, tapi ada kondisi fisik yang beneran butuh perhatian.

Hal yang Paling Susah? Konsistensi

Saya ngaku aja, bagian tersulit dari semua ini adalah menjaga pola hidup. Godaan mie ayam malam hari, minum kopi pas lembur, atau ngemil cokelat pas stress itu nyata banget.

Tapi setelah beberapa kali kambuh, saya akhirnya pasrah. Kalau nggak mau ngerasa ‘dicekik dari dalam’ lagi, ya harus disiplin. Lagipula, saya juga belajar jadi lebih mindful soal apa yang saya masukkan ke tubuh.

Dan lucunya, setelah beberapa bulan, saya merasa lebih sehat secara umum. Berat badan turun, tidur lebih nyenyak, dan saya nggak panikan lagi karena udah ngerti gejalanya.

Penutup: Dengarkan Tubuhmu Sebelum Dia Berteriak

Kalau kamu sering ngerasain hal-hal yang saya ceritain tadi—kayak nyeri dada, sering sendawa, tenggorokan panas waktu tidur, atau perut cepat kembung—nggak ada salahnya cek ke dokter. Jangan tunggu sampai malam-malam panik dan nyangka jantung kamu bermasalah kayak saya dulu.

Hernia hiatus memang nggak terlalu dikenal banyak orang, tapi pengaruhnya ke kualitas hidup bisa besar banget. Dan yang bikin lega, ini bisa dikendalikan tanpa harus operasi, asal kamu konsisten.

Jadi, dengarkan tubuhmu. Kadang, sinyal-sinyal kecil yang kamu anggap sepele bisa jadi alarm penting dari dalam.

Post a Comment for "Hernia Hiatus"